DAKWAH DI ERA GLOBALISASI
Pada hari rabu tanggal 6 November 2024, mahasiswa semester 3 dari program studi manajemen dakwah fakultas dakwah dan ilmu komunikasi universitas syarif hidayatullah jakarta. yang terdiri dari 4 kelas yaitu dari kelas MD 3A, MD 3B, MD 3C, MD 3D, melaksanakan kegiatan perkuliahan di teater lantai 6 gedung fakultas dakwah dan ilmu komunikasi. yakni belajar mengenai mata kuliah Filsafat Dakwah, yang diajarkan oleh Bapak Drs. Study Rizal LK, M. selaku dosen pengampu mata kuliah filsafat dakwah dan materi yang dipaparkan oleh kelompok 8 dari masing - masing kelas, mengenai sub bab materi yang dibahas yaitu :
DAKWAH DI ERA GLOBALISASI
A. Tantangan globalisasi terhadap dakwah
B. Strategi-Strategi dakwah yang sesuai dengan konteks global dan teori keilmuan
Tanggapan materi yang di bahas:
A. Tantangan globalisasi terhadap dakwah
Istilah "globalisasi" berasal dari kata "global" yang berarti "universal." Menurut Achmad Suparman, globalisasi adalah proses menjadikan suatu hal (baik benda maupun perilaku) sebagai ciri khas yang dimiliki oleh semua orang di dunia, tanpa terikat oleh batas wilayah. Globalisasi sendiri belum memiliki definisi yang pasti, sehingga pemahamannya bisa berbeda-beda tergantung pada sudut pandang individu. Beberapa orang melihatnya sebagai proses alami, sejarah, atau sosial yang akan menghubungkan bangsa dan negara di seluruh dunia, menciptakan kesatuan kehidupan baru, atau koeksistensi dengan menghapus batasan ekonomi, budaya, dan geografis.
Globalisasi, khususnya melalui kemajuan teknologi informasi dan media sosial, telah memperkenalkan berbagai budaya asing yang berpotensi mempengaruhi cara pandang masyarakat, termasuk dalam hal agama. Budaya Barat, dengan nilai-nilai sekularisme dan materialisme, seringkali menggantikan nilai-nilai agama tradisional. Dalam konteks dakwah, hal ini menjadi tantangan signifikan karena pesan-pesan agama yang disampaikan dapat tergerus oleh dominasi budaya global yang lebih mengedepankan materialisme dan individualisme. Globalisasi mendorong perkembangan pola pikir yang lebih terbuka dan pluralis, yang seringkali bertentangan dengan prinsip eksklusivitas dalam agama. Di satu sisi, globalisasi mempermudah interaksi dan pertukaran pengetahuan antarumat beragama, namun di sisi lain, hal ini dapat memunculkan relativisme agama, di mana keyakinan agama dipandang tidak lagi absolut atau dianggap relatif, yang dapat mempengaruhi kualitas dakwah yang menekankan pada kebenaran tunggal.
Kemajuan pesat teknologi informasi di era globalisasi memungkinkan dakwah disebarkan secara lebih luas dan cepat melalui media sosial, situs web, atau aplikasi. Namun, hal ini juga menghadirkan tantangan baru terkait dengan penyampaian pesan yang tepat dan autentik. Di dunia maya yang dipenuhi dengan berbagai macam informasi, banyak konten yang tidak terverifikasi atau bahkan menyesatkan, yang bisa mengaburkan inti pesan dakwah itu sendiri. Karena itu, para da’i perlu memanfaatkan teknologi ini dengan bijak dan penuh tanggung jawab. Globalisasi seringkali memperburuk kesenjangan sosial dan ekonomi, yang dapat menimbulkan perasaan ketidakadilan dan kekecewaan di kalangan sebagian umat. Dalam kondisi ini, dakwah perlu mampu mengatasi tantangan tersebut dengan menyampaikan pesan-pesan agama yang menekankan kedamaian, keadilan, dan solusi terhadap masalah sosial, tanpa terjebak dalam pembahasan yang hanya fokus pada ritual dan dogma semata.
Dalam dunia yang semakin terhubung ini, interaksi antarumat beragama menjadi lebih mudah, yang dapat mendorong tumbuhnya sikap toleransi yang lebih besar. Namun, hal ini juga menghadirkan tantangan terhadap pemahaman agama yang bersifat lebih eksklusif. Dakwah perlu menyesuaikan diri dengan semangat pluralisme ini tanpa mengorbankan prinsip-prinsip dasar agama. Oleh karena itu, para pendakwah dituntut untuk lebih kreatif dalam menyampaikan pesan Islam secara inklusif dan penuh hikmah, tanpa merendahkan agama atau kelompok lain.
1. Apa yang menjadi tantangan globalisasi terhadap dakwah?
Tantangan globalisasi terhadap dakwah meliputi perubahan nilai dan budaya, perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat, serta pengaruh ideologi dan budaya global yang bisa bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Hal ini bisa melemahkan pemahaman keagamaan dan moralitas, terutama pada generasi muda.
2. Siapa yang terkena dampak dari tantangan globalisasi dalam dakwah?
Mereka yang paling terpengaruh adalah para pendakwah, organisasi keagamaan, serta umat Islam secara keseluruhan, khususnya generasi muda. Generasi ini lebih rentan karena sering terpapar budaya dan informasi global yang dapat memengaruhi pola pikir dan perilaku mereka.
3. Di mana tantangan globalisasi terhadap dakwah ini terjadi?
Tantangan ini terjadi di berbagai negara, terutama yang memiliki akses kuat terhadap internet dan media sosial. Dampaknya terasa di lingkungan masyarakat, sekolah, kampus, dan bahkan dalam lingkungan keluarga.
4. Kapan tantangan globalisasi terhadap dakwah mulai terasa?
Tantangan ini semakin nyata sejak awal abad ke-21, sejalan dengan perkembangan internet dan media sosial yang mempercepat serta memperluas arus informasi global hingga sulit dibendung.
5. Mengapa globalisasi menjadi tantangan bagi dakwah?
Globalisasi membawa budaya, nilai, dan gaya hidup yang kadang bertentangan dengan ajaran Islam. Penyebaran paham sekuler, materialisme, dan hedonisme dapat melemahkan nilai-nilai islami, sehingga menjadi tantangan bagi para pendakwah untuk memastikan ajaran Islam tetap relevan dan dipahami dengan tepat.
6. Bagaimana cara menghadapi tantangan globalisasi terhadap dakwah?
Tantangan ini dapat diatasi dengan memanfaatkan teknologi dan media digital secara positif dalam berdakwah. Pendakwah bisa memanfaatkan platform media sosial, podcast, atau situs web untuk menyampaikan pesan Islam dengan cara yang menarik dan relevan bagi masyarakat global, terutama guna menjangkau generasi muda yang sudah akrab dengan teknologi.
Tantangan globalisasi terhadap dakwah memerlukan respons yang strategis dan adaptif. Arus globalisasi yang membawa nilai sekuler, materialisme, dan gaya hidup yang sering bertentangan dengan prinsip Islam mendorong para pendakwah untuk menyampaikan pesan secara kreatif dan relevan. Dakwah perlu memanfaatkan perkembangan teknologi dan media digital sebagai sarana memperkuat pemahaman agama di tengah gencarnya pengaruh global. Selain itu, pendekatan dakwah yang inklusif dan komunikatif, yang memahami konteks budaya masyarakat modern, dapat membantu menjaga relevansi nilai-nilai Islam, terutama bagi generasi muda yang lebih rentan terhadap pengaruh budaya asing.
B. Strategi-Strategi dskwah yang sesuai dengan konteks global dan teori keilmuan
Strategi dakwah dalam era globalisasi merujuk pada metode penyampaian ajaran Islam di tengah pesatnya perkembangan teknologi, komunikasi, dan interaksi global. Globalisasi juga menghadirkan tantangan baru, seperti perbedaan budaya, kemajuan teknologi, dan perubahan sosial. Oleh karena itu, dakwah perlu menyesuaikan diri dengan kondisi ini.
Strategi dakwah dalam konteks global membutuhkan pendekatan yang mengintegrasikan teori keilmuan dan pemahaman terhadap konteks internasional. Di era globalisasi, dakwah tidak hanya berfokus pada penyampaian ajaran agama, tetapi juga pada penyesuaian terhadap perubahan sosial, budaya, dan kemajuan teknologi yang terus berkembang. Pendekatan ini melibatkan pemanfaatan teknologi informasi, seperti media sosial dan platform digital, untuk mencapai audiens yang lebih luas dengan cara yang lebih efisien.
Selain itu, strategi dakwah dalam konteks global perlu bersifat inklusif dan didasarkan pada riset ilmiah, dengan memperhatikan kebutuhan dan karakteristik audiens yang beragam. Melibatkan generasi muda dalam dakwah digital sangat penting, karena mereka merupakan pengguna utama teknologi dan media sosial. Secara keseluruhan, dakwah di era global harus menekankan fleksibilitas, relevansi, dan pendekatan berbasis ilmu pengetahuan untuk mengatasi tantangan zaman dan menyampaikan nilai-nilai Islam secara universal.
1. Apa itu strategi dakwah yang sesuai dengan konteks global dan teori keilmuan?
Strategi dakwah yang sesuai dengan konteks global dan teori keilmuan adalah pendekatan yang mempertimbangkan kemajuan teknologi, perbedaan budaya, serta perkembangan sosial dan politik global. Strategi ini juga melibatkan penggunaan media digital, komunikasi lintas budaya, dan pendekatan berbasis penelitian ilmiah untuk menyampaikan ajaran Islam secara efektif di era global.
2. Siapa yang terlibat dalam strategi dakwah ini?
Pendakwah, organisasi keagamaan, para akademisi, serta generasi muda yang lebih akrab dengan teknologi dan media sosial berperan dalam pelaksanaan strategi dakwah ini. Pendakwah perlu mampu beradaptasi dengan perubahan zaman dan memanfaatkan platform digital sebagai sarana untuk menyebarkan pesan Islam.
3. Di mana strategi dakwah ini diterapkan?
Strategi dakwah ini diterapkan secara global, terutama di negara-negara yang memiliki akses luas terhadap teknologi informasi dan media sosial. Dampaknya juga dirasakan di komunitas-komunitas Muslim yang tersebar di berbagai negara, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.
4. Kapan strategi dakwah ini mulai penting diterapkan?
Strategi dakwah ini menjadi semakin penting diterapkan sejak awal abad ke-21, seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, serta perubahan global yang mempengaruhi cara hidup dan pola pikir masyarakat, khususnya generasi muda.
5. Mengapa strategi dakwah ini perlu disesuaikan dengan konteks global dan teori keilmuan?
Globalisasi memiliki dampak besar terhadap nilai-nilai dan budaya di seluruh dunia, termasuk dalam konteks agama. Untuk menjaga relevansi dan penerimaan dakwah, sangat penting untuk menyesuaikan pendekatannya dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan, serta memanfaatkan teknologi guna menjangkau lebih banyak orang, khususnya generasi muda yang terhubung secara digital.
6. Bagaimana cara menerapkan strategi dakwah yang sesuai dengan konteks global dan teori keilmuan?
Penerapan strategi ini dilakukan dengan memanfaatkan media sosial, platform digital, dan podcast untuk menyampaikan pesan dakwah yang kreatif dan menarik. Pendakwah juga harus memahami perbedaan budaya dan menerapkan pendekatan komunikasi yang inklusif, serta berbasis pada penelitian ilmiah untuk memastikan pesan dakwah tetap relevan dan dapat diterima di berbagai penjuru dunia.
Pendekatan ini perlu memperhatikan teori komunikasi lintas budaya agar pesan dakwah dapat diterima dengan baik oleh berbagai latar belakang budaya. Selain itu, penggunaan teori sosiologi agama sangat penting untuk mengaitkan ajaran Islam dengan isu-isu sosial kontemporer yang relevan, seperti keadilan sosial, hak asasi manusia, dan lingkungan hidup. Dengan pendekatan yang berbasis ilmiah dan inklusif, dakwah akan lebih efektif dalam menghadapi tantangan globalisasi, menjaga inti ajaran Islam, dan memastikan relevansi pesan dakwah dalam konteks global yang lebih luas.
PENULIS:
Rifky Alhamdi
Mahasiswa Manajemen Dakwah 2023
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Komentar
Posting Komentar