Sejarah dan Perkembangannya

 

Pada hari rabu tanggal 26 september 2024, mahasiswa semester 3 dari program studi manajemen dakwah fakultas dakwah dan ilmu komunikasi universitas syarif hidayatullah jakarta. yang terdiri dari 4 kelas yaitu dari kelas MD 3A, MD 3B, MD 3C, MD 3D, melaksanakan kegiatan perkuliahan di teater lantai 6 gedung fakultas dakwah dan ilmu komunikasi. yakni belajar mengenai mata kuliah Filsafat Dakwah, yang diajarkan oleh Bapak Drs. Study Rizal LK, M. selaku dosen pengampu mata kuliah filsafat dakwah dan materi yang dipaparkan oleh kelompok 2 dari masing - masing kelas, mengenai sub bab materi yang dibahas yaitu :

Sejarah dan perkembangannya

a.     Sejarah filsafat dakwah dan kontribusinya terhadap keilmuan dakwah

b.    Perkembangan teori-teori dakwah dalam berbagai konteks Sejarah

 

Tanggapan mengenai materi yang di bahas:

Sejarah filsafat dakwah bermula dari pemahaman mendalam tentang peran komunikasi dalam menyebarkan pesan Islam. Ini telah berlangsung sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Filsafat dakwah mencoba menjawab pertanyaan dasar tentang apa, mengapa, dan bagaimana dakwah harus dilakukan. Ini juga menempatkan dakwah sebagai bidang ilmu yang tidak hanya berfokus pada penyampaian pesan agama tetapi juga mencakup aspek filosofis tentang tujuan, metode, dan etika dakwah.

Sejarah filsafat dakwah dan kontribusi terhadap keilmuan dakwah:

Filosofis dakwah pada awalnya dimulai dengan pendekatan yang sangat praktis. di zaman Nabi, dakwah lebih ditekankan pada penyampaian langsung dengan menggunakan kebijaksanaan dan akhlak sebagai alat utama. Metode ini menekankan prinsip universal seperti kebenaran, keadilan, dan kasih sayang. Nilai-nilai ini dapat diterima oleh semua orang. Nabi Muhammad SAW menjadi contoh hebat dalam metode dakwahnya, yang menyeimbangkan firman Tuhan dengan keadaan sosial dan kultural masyarakat.

Filsafat dakwah memberikan kontribusi besar terhadap keilmuan dakwah dengan beberapa cara penting:

·      Pendekatan metodologis

Dalam filsafat dakwah, ada banyak pendekatan dakwah yang dapat disesuaikan dengan keadaan sosial dan budaya masyarakat. Konsep-konsep seperti hikmah (kebijaksanaan), mau’izah hasanah (nasihat yang baik), dan mujadalah (dialog yang baik) adalah beberapa contoh bagaimana filsafat dakwah dapat diterapkan dalam metode dakwah. Konsep ini tidak hanya mengatur bagaimana dakwah disampaikan, tetapi juga mengatur bagaimana seorang dai harus mengenal dan memahami orang yang dia dakwahkan.

 

·      Integrasi akal dan wahyu

Dalam menyampaikan ajaran Islam, filsafat dakwah menekankan betapa pentingnya menggabungkan akal dengan wahyu. Ini ditunjukkan oleh pendapat tokoh-tokoh filsafat Islam yang berpendapat bahwa dakwah harus mampu menyentuh akal sehat manusia agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan lebih logis dan rasional. Metode ini mengurangi dogmatisme dan memungkinkan diskusi intelektual, yang semakin penting untuk dakwah kontemporer.

 

·      Dakwah dan perubahan sosial

Dakwah sebagai agen perubahan sosial juga didorong oleh filsafat dakwah. Misalnya, tokoh-tokoh Islam seperti Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh menggunakan filsafat dakwah untuk mendorong orang Islam untuk bangkit melawan penjajahan dan ketertinggalan. Dakwah sekarang berkonsentrasi pada ajaran teologis, tetapi juga pada hal-hal politik, sosial, dan ekonomi yang dapat memengaruhi kemakmuran umat. Ini memperluas lingkup ilmu dakwah ke bidang sosial-politik.

 

Ilmu dakwah diperkaya oleh filsafat dakwah. Filsafat dakwah terus berkembang seiring zaman berkat pendekatan metodologis yang adaptif, integrasi akal dan wahyu, dan pemahaman yang luas tentang peran dakwah dalam perubahan sosial. Filsafat dakwah mengubah dakwah menjadi lebih dari sekadar praktik penyebaran agama. Sekarang ia adalah bidang yang mendalam yang melibatkan pemikiran kritis dan refleksi moral untuk mencapai tujuan dakwah yang lebih luas.

Perkembangan teori-teori dakwah dalam berbagai konteks Sejarah

Teori dakwah berkembang dalam berbagai konteks sepanjang sejarah, menunjukkan adaptasi ajaran Islam terhadap tantangan sosial, politik, dan budaya yang berkembang dari waktu ke waktu. Faktor-faktor ini mempengaruhi bagaimana teori-teori dakwah yang relevan dengan kebutuhan dan konteks umat sepanjang sejarah. Ini adalah beberapa perspektif tentang bagaimana teori dakwah berkembang dalam beberapa konteks sejarah yang signifikan:

1.    Periode Klasik (pada masa Nabi Muhammad dan khulafaur rasyidin)

Teori dakwah pada periode ini sangat langsung dan berbasis pada pengalaman Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan risalah Islam. Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an (Surah An-Nahl: 125), dakwah saat ini mengutamakan pendekatan bil hikmah (kebijaksanaan), mau’izah hasanah (nasihat yang baik), dan mujadalah (dialog yang baik). Teori dakwah klasik sangat menekankan betapa pentingnya akhlak dalam menyampaikan ajaran. Mereka juga berfokus pada pendidikan spiritual untuk mengubah individu dan komunitas.

2.    Periode Abbasiyah dan filsafat islam

Peradaban Islam mencapai puncak intelektualnya selama masa Abbasiyah, dengan pengaruh filsafat Yunani dan Persia. Pada saat ini, teori dakwah mulai dipengaruhi oleh filsafat dan ilmu pengetahuan. Orang-orang seperti Al-Farabi, Ibn Sina, dan Al-Ghazali mulai membuat teori dakwah yang menggabungkan ilmu agama dengan rasionalitas. Untuk menyebarkan Islam, terutama dalam masyarakat yang terpelajar dan multibudaya, teori dakwah mulai berkonsentrasi pada debat intelektual dan argumen logis.

3.    Periode Modern

Teori dakwah berkembang untuk masuk ke dalam konteks negara-negara Muslim yang merdeka setelah kolonialisme berakhir. Selama periode ini, muncul kebutuhan untuk membuat dakwah yang sesuai dengan pembangunan ekonomi, hak asasi manusia, dan demokrasi. Pluralisme adalah elemen penting dalam teori dakwah modern, baik dalam konteks umat Islam maupun hubungannya dengan agama lain. Dakwah multikultural mulai berkembang dengan fokus pada toleransi, pertukaran agama, dan hidup berdampingan yang baik.

4.    Periode Kontemporer

Dengan munculnya teknologi digital dan globalisasi, dakwah saat ini mengalami revolusi. Teori dakwah kontemporer menekankan betapa pentingnya menggunakan media digital dan platform online untuk menyebarkan pesan Islam kepada audiens yang tersebar di seluruh dunia. Dakwah sekarang menyebar melalui media sosial, podcast, video streaming, dan aplikasi seluler. Selain itu, teori dakwah kontemporer lebih praktis dan sesuai dengan kondisi masyarakat modern, seperti dakwah yang berfokus pada keadilan sosial, masalah lingkungan, dan kesehatan mental.

Teori dakwah telah berkembang sepanjang sejarah, menunjukkan bahwa dakwah bukanlah praktik yang tetap. Sebaliknya, itu adalah praktik yang selalu berubah untuk menjawab tantangan zaman. Dakwah berkembang dari personal dan spiritual pada masa Nabi menjadi filosofis, politis, multikultural, dan akhirnya berbasis teknologi di era modern. Teori-teori dakwah ini memperkaya disiplin ilmu dakwah dan membantu para dai mengubah metode dan pendekatan dakwah mereka untuk sesuai dengan zaman dan memenuhi kebutuhan umat.


Penulis:

Rifky Alhamdi

Mahasiswa Manajemen Dakwah 2023

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengantar Filsafat Dakwah dan Keilmuan Dakwah

Tanggapan Filsafat Dakwah: Tentang Konsentrasi Zakat, Infak, Shodaqoh dan Wakaf (ZISWAF)